“BURUAN dong, Ly! Entar kita telat, nih!” desak
teman-temannya yang sudah siap di atas sadel motor masing-masing.
Ully memandang wajah teman-temannya dengan bingung. Didesak begitu
malah membuatnya tak bisa berpikir.
“Mau ikut nggak, nih?”
Ully menatap Dian, minta pertimbangan. Hanya sahabatnya itulah yang
mengerti apermasalahannya.
Dian tersenyum. “Jujurlah pada diri sendiri!”
Ully mendesah. Kalau mau jujur, dia memang ingin sekali ikut. Sangat
ingin. Sudah lama sekali ia tidak melihat cowok itu beraksi di lapangan basket.
Dia sudah rindu gayanya. Larinya, loncatannya, tembakannya. Ah!
“Tapi…”
“Kamu takut?” potong Dian cepat. “Dia toh tidak akan menggigitmu…”
Ully tercenung.
Suara raungan gas makin mengeras. Sedetik sebelum teman-temannya buka
suara, Ully segera naik ke boncengan motor Dian.
Dian menyambutnya dengan senyuman.
Iring-iringan motor itu pun melaju di jalan, menuju lapangan basket
Gelanggang Remaja.
*** Bersambung ke Bagian Selanjutnya, ya...! ***

No comments:
Post a Comment
Mohon berkomentar secara bijak dan santun.