CEWEK itu lewat saat aku dan
Mbak Lin sedang ngobrol di teras kosku. Seperti biasa, dengan gayanya yang
khas, cuek dan cenderung sombong, dia berjalan di depan kami. Jangankan
tersenyum, menolehpun tidak, apalagi menyapa. Memamng selalu begitu. Padahal
bagaimanapun, kami adalah tetangga.
“Siapa, Ren?” tanya Mbak Lin.
“Anak kos sebelah. Cewek paling cuel dan sombong yang
pernah kukenal.”
Mbak Lin menoleh. Tampak sangat tertarik dengan
komentarku. “Begitukah menurutmu?”
“Bukan menurutku saja, Mbak. Tapi semua anak di sini.
Tidak seorangpun dari kami yang pernah bertegur sapa dengannya. Padahal dengan
cewek-cewek lain yang sekos dengannya, boleh dibilang hubungan kami cukup
akrab. Hanya dengan dia saja yang tidak. Kalau kami sedang kumpul bareng, dia
lebih memilih mengurung diri di kamarnya.”
“Itukah alasanmu sehingga menyebutnya cuek dan sombong?”
“Bukan itu saja. Mbak Lin liat sendiri gaya
berpakaiannya, kan? Metal banget. Pake kets, jelana jeans, kemeja gedobrang,
ransel, dan topi yang tidak pernah kepas dari kepalanya. Jarang kan Mbak, cewek
punya gaya dandanan seperti itu? Tapi sangat pas dengan gayanya yang cuek dan
acuh. Kalo jalan tidak pernah tengok kiri-kanan. Pandangannya lurus saja ke
depan. Terus langkahnya juga lebar-lebar. Seperti orang yang mau ambil gaji
saja.”
“Alasan yang masuk akal.” Mbak Lin manggut-manggut sambil
tersenyum tipis. “Tapi aku justru punya pendapat lain tentang cewek itu.
Bertolakbelakang dengan pendapatmu. Menurutku, dia itu cewek yang sangat
pemalu.”
“Apa, Mbak? Pemalu?” ulangku dengan mata membelalak tak
percaya. Bagaimana mungkin cewek yang cueknya setengah mati itu dibilang sangat
pemalu? Tapi aku juga tak mungkin meremehkan pendapat Mbak Lin yang mahasiswa
psikologi. Pasti dia punya alasan yang lebih akurat dan ilmiah.
Mbak Lin tersenyum. “Sikap cuek dan sombongnya itu justru
untuk menutupi sifat pemalunya yang kelewat parah. Jangankan untuk menyapa
orang lain, memandang saja dia tak bisa. Makanya dia memakai topi untuk
menyembunyikan sebagian wajahnya. Bersikap seolah tidak melihat siapapun di
sekitarnya. Dia terlalu pemalu untuk mengahadapi orang lain, maka dia memilih
bersikap masa bodoh kepada siapapun.”
Aku tercenung mendengar uraian Mbak Lin. Sekilas
kedengaran aneh. Tapi kalau dipikirkan lagi, hal itu tidaklah mustahil dan bisa
diterima nalar. Hanya saja, mungkinkah masih ada cewek sepemalu itu di jaman
penuh keterbukaan seperti sekarang ini? Di mana cewek-cewek yang bersikap lebih agresif
dari para cowok dianggap syah-syah saja?
“Itu hanya berlaku pada orang yang tidak atau belum
dikenalnya benar. Tapi terhadap orang yang sudah dikenalnya cukup lama,
sikapnya pasti akan lain. Buktikan sendiri bila kamu tidak percaya!” ujar Mbak
Lin menutup penjelasannya.
*** Bersambung ke bagian berikutnya, ya,,,!

No comments:
Post a Comment
Mohon berkomentar secara bijak dan santun.